BREAKING NEWS

Wild Wild West

Latino Girl

Russian Girl

Thursday 11 August 2016

Cerita Dewasa : Ku Perkosa Ibu Muda itu


Sebagai seorang ibu muda, kehidupan Winda amatlah sangat monoton, tidak ada yang menonjol. Hari-harinya dilalui untuk merawat dan mengasuh kedua anaknya yang lucu-lucu. Sedangkan suaminya adalah seorang eksekutif di sebuah perusahaan yang bonafit di Jakarta. Winda adalah seorang ibu rumah tangga yang berumur 28 tahun, ia amat memperhatikan perawatan dan kecantikan tubuhnya, sesuai anjuran dari ibunya sejak ia remaja.

Selain memiliki wajah yang cantik dan ditunjang dengan bentuk tubuh yang ramping dan kulit yang putih, Winda amat memperhatikan penampilannya. Ia tidak ingin suaminya Rudy akan berpaling kepada wanita lain, hanya dengan alasan klasik yaitu kecantikan dan penampilannya sebagai istri.

Di rumahnya yang terbilang megah, Winda menghabiskan waktu ikut senam dan kebugaran. Namun akhir-akhir ini, Rudy amat sibuk dengan pekerjaan kantornya, sehingga membutuhkan perhatian dan kerja extra, hampir tidak ada waktu luang bagi Rudy untuk bermesraan dan berlibur dengan anak-anaknya. Dengan menanjaknya karir Rudy karena dia diangkatnya sebagai manager baru di daerah baru di kawasan timur Indonesia, dengan sendirinya Rudy mengajak pindah keluarganya ke daerah itu.

Di daerah baru itu Rudy menempati sebuah rumah dinas yang amat megah dan luas. Di rumah dinasnya itu telah tersedia segala perabotan dan kendaraan yang dibutuhkan oleh Rudy sekeluarga, juga telah ada seorang pembantu dan tukang kebun yang merangkap satpam di rumah itu.

Seperti bisanya, Rudy terus larut dengan kesibukannya dengan kunjungan ke daerah yang merupakan daerah kepulauan itu, dan perjalanannya memakan waktu 1 sampai 2 minggu. Tidak heran jika Winda sering tinggal di rumah dan sangat khawatir akan keselamatan Rudy.

Kehidupan rumah tangga mereka yang telah berjalan kurang lebih 8 tahun telah mereka lalui dengan penuh kemesraan dan keserasian, sehingga membuat iri teman-teman Rudy. Rudy tidak melupakan kehidupan sex dan rutin menjaga kemesraanya dengan Winda.

Tetapi sayangnya, karena pengaruh kehidupan kota yang egois sering membuat kedua pembantunya tersinggung. Bagaimanapun Winda adalah seorang wanita yang dibesarkan di dalam lingkungan keluarga berada dan segala keinginannya selalu didapatkan, begitu juga dengan Rudy yang memiliki latar belakang yang sama. Rudy sering menghardik Pak Martin tukang kebunnya. Pak Martin adalah tukang kebun di rumah itu telah lama bekerja, tidak pernah ia diremehkan oleh majikannya terdahulu, tidak seperti Rudy dan Winda yang sering memandang rendah kepadanya.

Kalau dilihat, usia Pak Martin seusia orangtua Rudy yang telah berumur 68 tahun dan Pak Martin adalah juga penduduk asli di daerah itu. Masa mudanya Pak Martin amat ditakuti oleh masyarakat sekitarnya, dulunya ia adalah seorang penjahat dan gembong rampok yang memiliki ilmu yang tinggi dan sudah beberapa kali keluar masuk penjara di daerah itu, tidak heran hampir seluruh badannya dipenuhi tato.

Suatu hari Rudy dan Winda pergi ke sebuah pusat perbelanjaan dan pulangnya ia mendapati Pak Martin sedang tidur, sehingga pintu pagar rumah itu tidak ada yang membuka. Setelah digedor beberapa kali,  akhirnya Pak Martin bangun.
Dengan kasar dan marah-marah, Winda memaki-maki Pak Martin, "Dasar tua bangka, malas, apa saja kerja kamu hah..?" sengit Winda yang disaksikan Rudy dari atas mobilnya.
"Maaf Nya, saya tertidur, sekali lagi maafkan saya Nya." kata martin memohon.
"Cih.." Winda meludahi wajah martin lalu berlalu.
"Kamu tak perlu diberi maaf, kamu kerja saya gaji, masa masih malas..?" sahut Winda berlalu dari hadapan martin.

Pak Martin hanya menunduk dan merasakan amat pedih di dadanya dihina dan direndahkan oleh kedua suami istri itu. Lalu timbullah pikiran jahat di dalam hatinya, padahal ia telah lama berusaha untuk selalu berbuat benar dan lurus. Bagaimanapun naluri jahat dalam dirinya kembali muncul, ia akan membalas perlakuan Rudy dan Winda itu yang telah kelewatan. Ia tahu, Rudy sering ke luar kota untuk saat yang lama, sedang Winda tinggal di rumah itu dengan kedua anaknya. Ia ingin Winda bertekuk lutut minta belas kasihan kepadanya. Bagaimanapun usianya saat ini, ia masih mampu untuk menaklukkan wanita, ditunjang dengan ilmu mistis yang dimilikinya.

Ia tahu, Winda pun pada saat-saat tertentu pasti membutuhkan kemesraan dari Rudy. Pak Martin amat berpengalaman dalam soal sex, ia tahu Winda termasuk dalam katagori wanita yang tidak dapat menahan nafsu, apalagi jika sering ditinggal suaminya beberapa hari.

Pada hari itu Rudy berangkat ke daerah untuk meninjau proyek yang ia tangani di sebuah pulau yang memakan waktu beberapa hari. Saat itulah yang dinanti-nanti Pak Martin. Di kamarnya ia telah menyiapkan beberapa sesajen untuk mengadakan ritual memantapkan ajian pemikat yang ia miliki. Saat itu Winda di kamarnya yang luas yang dilengkapi AC yang bersuhu dingin itu amat kedinginan, gairah nafsunya menghentak-hentak, padahal sebelum berangkat Rudy telah menyirami batin Winda dengan beberapa ronde, namun aneh saat itu ia ingin kembali mengulanginya.

Kemudian Winda berjalan ke luar kamarnya, terlihat tubuh mulusnya terbungkus baju tidur sutra yang halus, sehingga lekuk tubuhnya yang indah itu terbentuk. Ia melihat ke sekeliling ruang rumahnya, semua sudah tidur dan hanya ia yang masih bangun. Ingin rasanya ia bermasturbasi, namun ia sadar tidak akan memuaskannya, Winda berpikir keras untuk meredam nafsunya itu.

Semakin malam hari semakin dingin, dan begitu juga nafsunya ingin disalurkan, namun kepada siapa? Sedang Rudy saat ini masih berada di luar kota. Di kamarnya Pak Martin terus mengadakan ritual mistis, ia ingin agar Winda benar-benar datang minta belas kasian kepadanya.

Pak Martin sudah tidak dapat lagi menahan nafsu dendamnya kepada Rudy dan Winda, meskipun selama ini ia sering melihat Winda yang cantik dan menggairahkan itu dalam kamar dan rumahnya, namun PAk Martin selalu dapat mengatasinya. Secara lahiriah ia akui Winda amat menggoda gairahnya, namun pikiran itu ia buang jauh-jauh, ia tidak ingin membuat masalah. Sebenarnya dari dulu ia dapat saja memelet Winda dan ia gauli sesukanya, namun karena tindakan Rudy dan Winda amat kelewatan, maka ia tidak dapat menahan lagi untuk melakukan itu sekarang.

Kemudian Winda menuruni anak tangga rumahnya dan berjalan ke ruang tamunya. Di luar hari mulai hujan dan diiringi petir. Lalu ia berjalan ke kamar pembantunya (Mbok Ijah), namun Mbok Ijah telah tidur. Kamar Pak Martin terletak di samping garasi rumah itu. Lalu Winda berjalan ke arah kamar Pak Martin.

Tiba-tiba pintu kamar Pak Martin terbuka, saat itu Winda sempat mencium aroma menyan yang dibakar Pak Martin saat itu. Dalam kamarnya Pak Martin memanggil Winda dengan suara serak, Pak Martin saat itu telah tahu bahwa Winda akan mendatanginya. Winda melihat ke dalam kamar itu, ia melihat di kamar itu hanya diterangi lampu 5 watt, sehingga samar-samar ia melihat Pak Martin duduk bersila di  lantai kamar.

"Winda.., masuk..! Duduklah Winda..!" kata Pak Martin serak.
Lalu Winda berjongkok dan duduk di atas karpet merah yang telah disediakan Pak Martin. Sambil komat kamit, Pak Martin memerintahkan Winda untuk memandang matanya.
"Nah, pandanglah mata saya Winda..!" kata martin lagi.
Inilah kesalahan fatal bagi Winda, ia menatap mata Pak Martin.

Lalu Pak Martin yang saat itu hanya mengenakan sarung, berdiri dan berjalan ke arah pintu untuk menguncinya dari dalam. Winda yang telah terpaku oleh pengaruh Pak Martin hanya duduk diam, nafasnya nampak naik turun karena gairah nafsunya amat menghentak-hentak kepalanya. Dari baju tidur sutra tipis itu tampak kulit tubuh Winda yang amat menggoda selain akibat dari warna lampu 5 watt yang juga mempengaruhi kecantikan Winda.

Pak Martin lalu berjalan ke arah belakang badan Winda. Tangannya langsung meraih jemari Winda. Sambil memeluk dari belakang, ia menciumi tengkuk yang berbulu halus itu dengan syahdu. Mata Winda hanya merem melek menikmati sentuhan Pak Martin yang nota bene adalah pembantunya itu. Selama ia berada di daerah itu, ia belum sekali pun menginjakkan kakinya ke kamar Pak Martin, namun karena pengaruh pelet dari Pak Martin membuat ia mendatangi kamar itu.

Masih dari belakang tubuh Winda, Pak Martin lalu meraih kedua payudara Winda yang terbungkus baju tidur itu. Tangan Pak Martin meremas dan memilin bukit ranum itu. Lalu mulutnya ia gesekkan ke depan dan dikulumnya bibir Winda yang merah jambu itu. Di bibir itu Pak Martin mencari-cari lidah Winda, dengan napasnya ia menghirup lidah Winda hingga Winda merasa sesak napas. Tangan Pak Martin tidak mau kalah, dari dada Winda tangan itu terus turun ke paha dan terus bergeser ke arah pangkal paha Winda. Baju tidur itu ia singkapkan sehingga paha mulus itu jelas, dan Winda masih memakai celana  dalam putih tipis. Jari PAk Martin lalu bermain di dalam rongga kemaluan Winda dan mengorek isi vaginanya.

Masih di atas karpet merah itu, terlihat sangat kontras sekali tubuh putih mulus Winda yang mengenakan baju sutra tipis itu duduk bersila. Lalu martin membuka kedua tali yang menahan baju itu dari bahu Winda, sehingga baju itu terlepas ke bawah dan terpampang bahu putih serta payudara yang masih tertutuo BH 34C milik Winda. Baju itu ia turunkan terus dan lalu tali BH itu ia buka pengaitnya dari belakang, sehingga kedua bukit salju Winda terlihat jelas.

Dengan mulutnya, kedua puting berwarna merah jambu pada bukit indah itu dijilat inci demi inci oleh Pak Martin dengan rakus. Sesekali ia gigit dengan lembut, sehingga menambah kenikmatan dan sensasi tersendiri bagi Winda. Dari mulut Winda hanya terdengar dengusan kenikmatan ingin permainan itu diteruskan cepat-cepat oleh Pak Martin. Pak Martin yang telah berpengalaman itu pun tahu titik kelemahan Winda, ia terus memancing setiap inci dari tubuh Winda dengan lidahnya.

Lalu Pak Martin membuka celana dalam Winda, dan terlihat liang kenikmatan Winda yang masih rapat itu. Meskipun Winda telah melahirkan, namun liang vaginanya masih rapat, itu karena saat melahirkan ia melakukan bedah caesar, sehingga tidak mempengaruhi bentuk vaginanya. Ia juga rajin olah kebugaran hingga perutnya tetap rata.

Lalu Pak Martin menggeser mulutnya ke bawah pusar Winda dan berhenti di lubang yang ditutup oleh bulu halus terawat itu. Lubang vagina Winda diobok-obok dengan lidahnya sehingga mengeluarkan bau yang khas yang memancing gairah Pak Martin.

Kemudian Pak Martin mengambil posisi membelakangi Winda dan ia mengarahkan penisnya yang panjang seperti pisang Flores itu ke mulut Winda. Di bibir Winda penis itu masuk, Winda menerima kepala penis itu dan mengulumnya hingga tuntas dan terus dikocok hingga kepala penis yang telah lama tidak dipakai itu menghitam dan memuntahkan larvanya karena dikocok oleh mulut Winda selama 15 menit. Sempat Winda menelan sperma Pak Martin dan ia terus menjilati kepala baja hitam itu. Pak Martin pun terus memanjakan lubang vagina Winda berulang-ulang, ia tidak perduli Winda telah beberapa kali orgasme dengan adanya lonjakan-lonjakan panjang pada tubuh Winda.

Tidak lama Pak Martin merubah posisinya, ia saat itu berhadap-hadapan dengan Winda yang masih terbaring di atas karpet tebal kamar itu. Dengan tangannya Pak Martin memasuki lubang Winda, ia mengorek terus kemaluan Winda. Winda hanya meregang menahan geli dan nafsu, sedang tubuh putih mulus itu telah basah bersimbah keringat karena permainan permulaan itu.

Ketika Pak Martin mersa yakin kalau Winda telah terbangkitkan nafsunya, lalu ia membuka kedua kaki Winda dan meletakkan bantal. Ia tidak ingin penetrasi yang diinginkannya itu gagal, ia telah lama memimpikan saat ini. Sesekali tangannya meraih payudara yang mulai tegak memerah itu. Kepala Winda hanya menggeleng-geleng dan menarik kepalanya menahan nikmat yang menjalari lubang kewanitaanya. Lalu Pak Martin membuka kaki Winda dan lubang itu jelas terlihat, ia mengangkangkan kaki Winda dan penis yang telah tegak menghitam itu terarah ke lubang vagina Winda.

Saat baru saja kepala baja itu masuk, ada rasa nyeri pada diri Winda.
"Aauu..! Nyilu Pak..!" kata Winda.
"Diam dulu Winda.., hanya sebentar..!" kata Pak MArtin.
Lalu martin mendorong seluruh batang kejantanannya masuk ke dalam lubang kewanitaan Winda. Ia menggenjot terus tanpa menghiraukan keluhan dan rasa nyeri pada lubang Winda, namun Winda menuruti setiap gerakan Pak Martin yang maju mundur dalam lubang vagina itu.

Keringat kembali membasahi tubuh kedua mahkluk berlainan suku itu. Di antara kedua kaki Winda tampak kaki Pak Martin terus bertumpu menahan gerakan pinggulnya yang maju mundur. Kedua kaki Winda terus menerjang ke kiri dan kanan, ia merasakan kenikmatan yang amat dalam, sementara kedua tangan Winda mencari-cari pegangan. Lalu ia bertumpu pada bahu Pak Martin, ia sempat mencengkram bahu Pak Martin karena merasakan nikmat yang tidak terhingga.

Gerakan penis Pak Martin terus mengaduk-aduk lubang kewanitaan Winda, maju mundur. Meskipun telah berusia senja, Pak Martin masih memiliki kemampuan untuk berhubungan sex dengan wanita, tenaganya tidak kalah dengan Rudy. Di dalam kepala Pak Martin saat itu adalah terus menggenjot Winda hingga Winda beberapa kali orgasme. Ia amat sakit hati diperlakukan Winda dan Rudy, dengan cara itulah ia membalasnya.

Winda terus digenjot Pak Martin, tulang berulangnya serasa dilolosi Pak Martin. Permainan sex itu telah berlangsung 28 menit, namun Pak Martin belum juga memuntahkan maninya, ia terus melakukan gerakan berputar-putar pada saat penisnya masih dalam lubang Winda. Lalu ia memegang kedua tangan Winda, dan mulutnya terus berada di atas puting susu Winda. Pada akhirnya, setelah 36 menit ia menggenjot, barulah mani Pak Martin tumpah di dalam lubang vagina Winda sebanyak-banyaknya, sedang penis besar itu masih terus tertanam di dalam lubang kemaluan Winda.

Winda amat puas, belum pernah rasanya ia merasakan kepuasan yang seperti itu selama ia berhubungan sex dengan Rudy. Namun belum apa-apa dibanding Pak Martin, Pak Martin amat pandai mengatur tempo permainan, sedang Rudy yang juga memiliki segudang cara dalam bersenggama tetap jauh tertinggal dari Pak Martin ini.

Menjelang pagi Pak Martin terus mempermainkan nafsu dan gairah Winda sampai 3 kali. Saat itu cuaca pun amat berpihak pada Pak Martin, selain hujan badai di luar rumah, pembantu dan anak Winda tidak terbangun, inilah yang amat menggembirakan Pak Martin. Setelah subuh barulah Winda bangun dari karpet itu dan kembali memakai celana dalam dan BH-nya, lalu ia pasangkan baju tidurnya tadi. Terlihat keletihan yang mendalam pada wajah Winda. Ia keluar dari kamar Pak Martin dan naik ke kamarnya di lantai atas, lalu ia membersihkan badan dan mandi, masih ada sisa-sisa sperma Pak Martin pada bibir dan pada kedua pahanya.

Sejak saat itu hubungan Winda dan Pak Martin semakin intim saat Rudy tidak ada di rumah. Mereka berdua terus mengayuh biduk kemesraan di kamar Pak Martin atau di ranjang Winda dan Rudy. Pak Martin selalu melakukan 'aji penglimunan', sehingga seluruh penghuni rumah itu tertidur kecuali Winda dan dirinya.

Pak Martin pun jika sedang berhasrat untuk melakukan hub sex akan memanggil Winda dengan caranya. Pernah saat Rudy sedang ada di rumah, sedangkan gairahnya menghentak-hentak, maka dengan melafazkan mantranya Winda datang ke kamarnya, dan saat itu ia menuntaskan nafsunya ke tubuh Winda.

Bagaimanapun saat itu Winda ada dalam gengamannya dan ia pun tidak menginginkan perkawinan Winda dan Rudy hancur, maka Pak Martin pandai-pandai mengatur saat-saat kebersamaannya dengan Winda. Winda pun menurut kepada perintah Pak Martin. Pak Martin amat menjaga rahasia ini.

Sejak itu pun setiap atau apapun keinginan Pak Martin baik tubuh atau segi keuangan selalu terpenuhi, ia tinggal meminta kepada Winda. Pak Martin saat itu memang sudah uzur, namun ia amat pandai mengatur siasat untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Winda pun terus melayani Rudy suaminya sebagai mana biasa, tidak ada keganjilan yang ditangkap Rudy.

Pak Martin mengetahui Winda tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh peletnya, Rudy pun secara tidak langsung telah masuk ke dalam genggamannya. Secara logika Pak Martin memanglah seorang pria yang dilahirkan dengan kemampuan sex yang luar biasa, saat jadi penjahat dulu tidak sedikit wanita baik-baik dan pelacur yang digaulinya. Hingga saat ini pun Winda masih terus digauli Pak Martin sesukanya, tidak memandang tempat dan waktu, yang pasti adalah ketika Rudy tidak di rumah.

Post a Comment

 
Copyright © 2013 Enjoy All of This
Share on Blogger Template Free Download. Powered byBlogger