BREAKING NEWS

Wild Wild West

Latino Girl

Russian Girl

Saturday 31 May 2014

Kontrakan Nikmat dan Basah

Hai para netter, cerita ini berdasar kisah
nyata seorang teman kami. Saya punya
teman sebut saja dia Edy asal kota P,
Sumatera Selatan. Kami kuliah di kota J.
Pengalaman ini terjadi saat kami
mengawali kuliah dan bersama dalam satu kontrakan. Suka duka kami lalui
bersama sampai dalam hal pacaran pun
kami saling membantu dalam berbagai
hal. Hingga suatu waktu Edi
mendapatkan seorang pujaan hati sebut
saja Dewi, sering Dewi diantar jemput kalau kuliah karena mereka satu kampus
dan kebetulan kontrakan Edi berdekatan
dengan kost tempat tinggal Dewi. Mereka
berdua bagaikan Romeo dan Juliet.
Dimana ada Edi di situ ada Dewi.
Hubungan mereka pun semakin akrab dan intim. Suatu ketika, malam Minggu tepatnya
Dewi minta diantar ke tempat temannya
yang sedang merayakan ulang tahun.
Acara sangat meriah sekali, hingga jam
24:00 acara masih berlangsung. Tetapi
Dewi mengajak pulang, karena waktu yang sudah kelewat malam. Sebenarnya
Edi pun menolak karena begitu
meriahnya pesta ulang tahun tersebut.
Dan akhirnya Edi pun menyanggupi
untuk segera mengantar pulang Dewi,
malam semakin larut dan udara dingin pun menyelimuti dan menghembus
sepoi-sepoi dalam deru sepeda motor Edi,
mereka sempat berhenti sejenak di
pompa bensin untuk mengisi bensin.
Sesampai di kost tempat Dewi ternyata
pintu gerbang sudah dikunci, padahal Dewi sudah pesan kepada pembantu agar
pintu jangan dikunci, soalnya Dewi
pulangnya ke kost terlambat. Dan
akhirnya Edi pun kasih solusi.
“Dewi.. gimana kalau tidur saja di
kontrakanku,” kata Edi. Dewi terdiam sejenak.
“Gimana ya.. aku kan enggak enak sama
temen kamu Ed,” jawab Dewi.
“Itu bisa diatur, nanti yang penting kamu
mau tidak, dari pada tidur di jalan,” kata
Edi sambil senyum. “Ayolah keburu dilihat orang kan nggak
enak di jalanan seperti ini Nan,” kata Edi. Dewi pun menyetujinya, mereka pun
bergegas menuju kontrakan Edi.
Sesampainya di rumah kontrakan
tampak sunyi dan hanya hembusan angin
malam karena teman-teman Edi pada
malam mingguan dan tidak ada yang pulang di rumah kontrakan.
“Ayo masuk, kok diam saja,” kata Edi
menyapa Dewi.
Dewi pun terhentak sedikit terkejut.
“Teman-temanmu dimana Ed?” tanya
Dewi. “Mereka kalau malam Minggu jarang
tidur di rumah,” jawab Edi.
“Ooo gitu,” sergah Dewi. Akhirnya Dewi dipersilakan istirahat di
kamar Edi.
“Nan, selamat bobok ya..” kata Edi.
Dewi pun tampak kelelahan dan tertidur
pulas. Setengah jam kemudian Edi
kembali ke kamarnya untuk melihat Dewi dan sengaja kunci pintu kamar tidak
diberikan kepada Dewi, tapi betapa
kagetnya Edy melihat Dewi tidur hanya
menggunakan BH dan celana dalam,
karena saat itu posisi tubuh Dewi miring
hingga selimut yang menutupi tubuhnya bagian punggung tersingkap. Entah setan mana yang menyusup di
benak Edy. Edy pun langsung mendekat
ke arah Dewi, dengan tenangnya Edy
langsung mencium bibir Dewi. Dewi pun
terbangun.
“Apa-apaan kamu Ed?” sergah Dewi sambil menutupi tubuhnya dengan
selimut.
Tanpa pikir panjang Edy langsung
menarik selimut dan Edi pun langsung
menindih Dewi yang hanya mengenakan
pakaian dalam saja. Dewi meronta-ronta dan Edy pun tidak menggubris, ia
berusaha melepas BH dan CD-nya. Tenaga
Edi lebih kuat hingga akhirnya BH dan CD
Dewi terlepas dengan paksa oleh Edi.
Nampak jelas buah dada Dewi dan bulu
lembut kemaluannya. Dewi kelelahan tanpa daya dan hanya menangis
memohon kepada Edy. Edi tetap
melakukan aksinya dengan meraba dan
mencium semua tubuh Dewi tanpa
sedikitpun terlewatkan. Dewi terus
memohon, Edi pun tak menggubrisnya. Dan setelah puas menciumi vagina Dewi,
Edi melakukan aksi lebih brutal. Ia
mengangkat kedua kaki Dewi di atas
perut dan dengan cepat Edy mencoba
memasukkan penisnya ke dalam vagina
Dewi. Dewi menjerit tertahan dan hanya isak
tangis yang terdengar, “Kumohon Ed,
hentikan!” seru Dewi dalam isak
tangisnya.
Dan “Bleess, bleess,” penis Edi masuk
dalam vagina Dewi walaupun di awal masuknya cukup sulit.
Edy pun mulai menggoyang pinggulnya
hingga penisnya terkocok di dalam
vagina Dewi. Darah segar pun keluar dari
liang jinak Dewi, ia pun terus memohon.
“Akh.. akh.. hentikan Ed..!” desah Dewi. Tampak sekali wajah Dewi menunjukkan
kelelahan, dan sekarang hanya terdengar
erangan kenikmatan di antara kedua
insan ini.
“Ah.. ah.. ah..” Edi pun terus mengocok
penisnya dalam vagina Dewi dan beberapa saat kemudian terasa Edi akan
mengeluarkan sperma, ia pun langsung
mencabut dan mengocoknya dari luar
dan.. “Croot.. Croot.. Serr..” sperma Edi
muncrat tepat di bibir Dewi dan sekitar
wajah. Mereka kelelahan dan akhirnya tertidur. Hari menjelang pagi saat itu jam
menunjukkan pukul 07:30 pagi, Dewi
terbangun bersamaan dengan itu Edi juga
terbangun. Edi melihat Dewi yang sedang
mengenakan BH dan CD.
“Antar aku pulang sekarang Ed..” kata Dewi.
“Iya.. aku cuci muku dulu,” jawab Edi.
Edi pun mengantar Dewi pulang ke
kostnya. Selang beberapa bulan hubungan mereka
mulai retak, ada selentingan kabar kalau
Edi mendekati cewek lain sebut saja Sinta,
dan akhirnya Edi dan Dewi resmi
bubaran. Tapi reaksi Edi tidak sampai di
situ, justru setelah putus dengan Dewi ia gencar mendekati Sinta. Dengan berbagai
cara dan upaya akhirnya Edi berhasil
mendapatkan Sinta dan mereka resmi
jadian. Sama seperti yang dilakukannya
dulu, ia sering antar jemput kuliah Sinta
dan kalaupun jemput Sinta biasanya tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan
kemana saja sambil cari makan tentunya.
Sering pula Sinta diajak ke tempat
kontrakan Edi lebih sering dibandingkan
Dewi pacar yang dulu. Pagi itu kuliah jam ke-2 mereka satu
ruangan tapi dosen tidak hadir jadi
kosong, mereka berdua bergegas ke
tempat Edi, sampai di kontrakan rumah
sepi soalnya teman-teman ada yang ke
kampus dan ada juga yang masih tidur. Mereka berdua langsung masuk kamar
Edi, Sinta tiduran di ranjang sambil
mendengarkan musik. Edi masuk
membawakan kopi susu dan tanpa basa
basi Edi membelai rambut Sinta dan Sinta
pun bersandar dalam dekapan Edi. Edi langsung mencium bibir Sinta dan
tangannya mulai masuk dalam baju street
Sinta dan meremas-remas payudara.
“Ed.. jangan dong..” desah Sinta.
“Enggak apa-apa, kan cuma dikit,” kata
Edi, tapi Edi terus menyerang, ia melepas seluruh pakaian Sinta dan Sinta pun
hanya diam tanpa perlawanan, dan jelas
sudah seluruh tubuh Sinta yang kuning
langsat dan payudara lumayan besar.
Mereka mulai bergelut mencium dan
meremas satu sama lain. “Sin, kulum dong kontolku!” kata Edi.
Dibimbingnya kepala Sinta menuju
kemaluan Edi dan, “Em.. kemaluanmu
besar juga Ed,” kata Sinta.
Edi hanya diam menikmati hisapan mulut
Sinta. Edi pun langsung saja menjilati dan menghisap vagina Sinta hingga mereka
melakukan posisi 69.
“Ugh.. Ugh..” desah Sinta.
Kemudian Edi duduk dengan kaki
dijulurkan, ia minta Sinta duduk di
atasnya layaknya seorang anak kecil. Tepat penis Edi masuk dalam vagina
Sinta.
“Pelan-pelan Ed..” kata Sinta mendesah.
Sinta mulai menaik-turunkan pinggulnya
dan “Bleess, bleess..” kemaluan Edi masuk
seluruhnya dalam vagina Sinta. “Ah.. ah.. ah..” desah Sinta sambil
menggoyangkan pinggulnya. Edi pun merespon gerakan tersebut. Dan
mereka melakukan gerakan yang
seirama, “Ah.. ah.. ah..” desah Sinta
semakin keras.
“Aku nggak kuat Ed..” Edi hanya diam
menikmati gerakan-gerakan yang dimainkan Sinta.
Dan akhirnya, “Ugh.. ugh.. ugh.. ahh..”
desah Sinta yang tubuhnya mengelenjang
sambil memeluk tubuh Edi.
Ternyata Sinta mencapai puncak
kenikmatan. Dan Edi membalikkan tubuh Sinta tepat di bawah badannya, Edi mulai
mengocok penisnya yang belum lepas
dari vagina Sinta, dan “Ahk..” desah Edi
dan beberapa saat kemudian Edi
mencabut penisnya dan meletakkan di
bibir Sinta dan “Croot.. Croot.. Serr..” sperma Edi muncrat tepat di seluruh
wajah Sinta. Mereka pun akhirnya
berpelukan setelah mencapai kepuasan. Semenjak kejadian itu mereka sering
melakukannya di kontrakan Edi. Entah
siang atau malam karena Sinta sering
menginap dan tidur satu ranjang bersama
Edi. Hubungan mereka semakin intim dan
hanya bertahan selama 8 bulan. Hal itu disebabkan Dewi mantan pacar yang dulu
mengajak membina hubungan kembali.
Edi akhirnya pisah dengan Sinta dan
kembali lagi dengan Dewi. Suatu sore Dewi datang ke kontrakan Edi,
Dewi langsung masuk menunggu di
kamar Edi karena diminta teman-teman
Edi.
“Edi baru mandi” kata salah seorang
temannya. “Ooo,” jawab Sinta, dan beberapa saat
kemudian Edi masuk dan hanya
mengenakan handuk dilingkarkan di
pinggulnya.
“Sama siapa Wii..” kata Edi.
“Sendiri,” jawab Dewi sambil mendekat ke arah Edi.
Edi tanggap dengan situasi itu, ia
langsung mencium bibir Dewi dan
melepas baju street warna biru muda
yang dipakai Dewi. Edi langsung
mencopot BH dan menghisap puting susu Dewi.
“Ah.. ah..” desah Dewi.
Tangan Dewi langsung meremas penis Edi
yang saat itu handuknya telah jatuh ke
lantai. Edi mulai melapas celana panjang
Dewi serta CD-nya. Mereka bergumul di atas ranjang.
“Ah.. ah..” desah Dewi yang semakin
merasakan kenikmatan.
Edi mengangkat kaki kiri Dewi kemudian
dengan sergapnya Edi mulai
memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi sambil kaki kiri Dewi tetap
terangkat.
“Bleess, bleess..” kemaluan Edi masuk
seluruhnya dalam vagina, Edi suka
dengan posisi seperti itu karena vagina
terasa sempit. Edi mulai menggerakkan kemaluannya
keluar-masuk.
“Ah.. ah.. ah..” erangan kenikmatan
keluar dari bibir Dewi, Edi pun merasakan
kenikmatan pula.
“Ugh.. ugh..” desah Edi pelan. Beberapa saat kemudian Edi melepas penisnya,
Dewi mulai menghisap dan menjilati
penis Edi sambil dikocok dengan jari-
jemari lembut Dewi.
“Kulum dong Wi..” desah Edi. Dewi turuti
saja apa kemauan Edi. Kemudian Edi kembali memasukkan
penisnya dalam vagina Dewi, “Bless..”
langsung masuk dan Dewi sempat
menjerit tertahan karena menahan sakit.
Kemudian Edi mulai menggerakkan
penisnya, “Bleess.. bleess..” kemaluan Edi keluar-masuk.
“Ah.. ah.. ugh..” tubuh Dewi mulai
bergetar dan mengelejang.
“Aku keluar Ed..” desah Dewi tapi Edi
masih mengocok penisnya dalam vagina
Dewi dan Dewi hanya menahan. Kedua tangannya mencengkeram kuat
bibir tempat tidur sambil menahan
gerakan yang Edi lakukan. Edi mulai
bergetar, “Ugh..” desahnya.
“Di luar apa di dalam Wi..” kata Edi pelan.
Dewi hanya diam dan “Croot.. croot.. serr..” sperma Edi keluar di dalam vagina
Dewi.
Edi pun rebah sambil memeluk tubuh
Dewi yang hangat dan lunglai. Mereka tersenyum puas.
“Kamu pinter dech sekarang Wi..” kata
Edi.
“Pinter apa’an,” jawabnya.
“Pinter mainnya, belum lagi bulu vagina
kamu tambah lebat.” Dewi hanya tersenyum saja sambil
tangannya membelai batang kemaluan
Edi. Hari sudah menjelang pukul tujuh
malam dan akhirnya mereka berpakaian
dan keluar untuk makan malam.

Enaknya bercinta dengan SPG

Perkenalkan nama ku Andy. Aku pernah bekerja di salah satu swalayan terkemuka di kota M selama lbh kurang 7 taon. Awal-nya penempatan aku hanya di bag receiving barang. Dari sana kemudian beranjak ke posisi yg lbh lumayan…. nach,1/2 taon di receiving,aku dipindahkan ke lapangan,dlm arti di tmpatkan di store. Disinilah awal perjalanan cinta-ku dgn mahkluk yg namanya SPG. Terus terang aku sangat menyukai posisi ini berhubung setiap harinya aku bisa menikmati setiap kecantikan SPG yg bertugas di swalayan ini. Singkat cerita,dari sekian byk-nya SPG yg bertugas,aku sangat tertarik dgn SPG product susu,namanya Sari. Sari berwajah bukan hanya cantik,tp body-nya jg yahud bngt… Umurnya 19 taon. Dgn tinggi 165,bra 34B,ditambah dgn jenjang kakinya yg putih mulus bngt,maka komplit lah sudah Sari yg perfect bngt menurut versi-ku. Aku mencoba mendekatkan diri dgn-nya,setiap hari selalu aja rapat hingga kedekatan kami semakin nyata. Tp berhubung lokasinya di swalayan,aku jg hrs menjaga image agar issue-nya tdk sampai ke telinga atasanku. Sering pd jam2 makan aku memberinya cemilan ato makanan tambahan yg rada2 ena dimakan,dan dari sikapku itulah,timbul rasa simpati sari terhadapku. Jumat sore itu,ku dekatin sari seraya berkata”say,pulang nanti ku antar ya….” Dan Sari pun mengganguk setuju.

Bayangkan,rasanya sudah ga sabaran menanti jam2 pulang kerja krn di otak-ku sdh tersusun beberapa rencana mantap,he..he…

Ga tau np belakangan ini selalu membayangkan mulusnya tubuh Sari,ga tahan pengen bngt menikmatinya…

Jam yg ditunggu pun akhirnya tiba,bergegas aku turun ke basement bwh mengambil mtr kesayanganku. Kutunggu Sari di pinggir jalan pas pintu keluar dari mall. Ga lama ku liat Sari keluar bareng tmn-nya 3 org,dan bgt meliatku,dia pamitan duluan ama tmn-nya di barengi canda tmn2nya yg usilin sari. Kuberikan helm dan Sari segera melompat duduk di sadel belakang sambil berpegangan pinggangku. “Say,kita langsung pulang ato mo jalan2 duku sambil cari makan?” kataku kenceng. Itu sech hy pura2ku aja pdhal uda byk rencana di otkku ini,hehhee… Ternyata jawaban Sari bertepatan dgn keinginanku,”kita jalan2 aja dulu baru ntar mlm-an makannya ya”. Aroma wangi di tubuhnya serasa menimbulkan nafsuku,sehingga makin kupacu mtr-ku semakin kencang. Sari memeluk ketau pinggangku sehingga menempellah buah dadanya yg kenceng padat di belakang punggungku. Celanaku makin sesak kejepit pula,hehheeeee….

Sengaja aku membawanya jalan aga ke pinggiran kota,biar segala rencanku rampung. Setelah puas keliling,akhirnya sampailah kami di rumah makan yg bernuansa klasik dimana rumah makan tsbt mempunyai alun2 seperti pondok pribadi,jadi apa yg akan kulakuin nanti lbh privacy dan tertutup dr pandangan org krn pondoknya memang bersekat.

“kamu pesan apa say?” kataku mesra. “sari pesan pecel lele aja bang”. Aku pun segera memesan pd pelayannya… Apa aja yg mau ditambah kutambahkan aja sayuran laen biar banyakan,krn setelah makan nanti,aku jg mau makan lg,tp tentu makan menu yg ISTIMEWA nantinya,ha..ha…

Karena sudah laper bngt,kami makan dgn lahapnya sambil sekali kali kusuap nasi ke mulut sari. Awal-nya dia keliatan malu,tp akhirnya dia tertawa geli.

Selesai makan kami duduk ngobrol dan perlahan tp pasti arah bicaraku memancing ke arah sex sambil tanganku merangkulnya…

Perlahan kucium bibirnya,hmmm…lidahku menjelajah ke dalam dan melilit lidahnya. Sari membalas dgn panasnya,shg penisku makin mencuat rasanya… akhhh….sari mendesis nikmat. Semakin kuberanikan diri dgn memasukkan tanganku ke dlm bilik baju seragam-nya dan kuraba payudaranya yg padat sekal. Sari merintih nikmat merasakan belaianku pd payudaranya. Kusingkapkan BH-nya dan perlahan memelintir putingnya,ssshh…sari makin merintih. Aku semakin ga tahan,ku keluarkan

penisku yg sudah mengacung tegak dgn diameter 4 panjang kbh kurang 17cm. Sari terkejut sekali ketika melihat penisku yg mengacung tegak itu. “Ihh,gede bngt py abang,takut sari bang” :sari blm pernah iat yg bgt-an bang” kata sari. Gpp koq say,biasa aja lg,hehhe…aku menjawab sekenanya.

Kembali kuransang sari dgn ciumanku,perlahan ke telinga dan turun ke leher. Ku kecup pelan penuh perasaan dan sari semakin mendesah. “akhhh..bang” sstttttt,ouugghh….” Sari semakin ga tahan. Perlahan kuraba pahanya yg terbuka dan segera jariku mendarat di ujung selangkanganya. CD-nya msh blm kuturunkan,cuma jariku hanya mengesek belahan vag-nya. Sari mendesis lirih membuat aku semakin bergairah.. Ada lendir basah mengalir merembes keluar… Sari semakin ga tahan sehingga tangannya menggengam penisku dan mengocok ngocok kanya. Tiba2 kuhentikan serangan ku sehingga membuat sari terpana heran,nafsunya yg uda di ubun2 terhenti seketika.. “ada apa bang?” Aku menjawab”bntr ya say,jgn disini,bahaya tuch,hehe.e..” Sari baru tersadar kalo kami masih di pondok rumah makan. “kita pulang aja ya bang,sari takut kemalaman dan jujur sari blm pernah melaukan yg seprt td.sari takut bang”. “ok dech,kita pulang aja ya say”kataku membisik di telinganya”. Dalam hati aku merasa tanggung nech,dan ku teruskan rencanaku. Kami merapikan pakaian kami masing2 dan berjalan keluar….
Setelah menghidupkan mtr-ku,kami melanjutkan perjalanan pulang,dan jam sudah menunjukkan pukul 21,20. Di tengah perjalanan,aku berpura2 sakit perut. “aduh say,sakit bngt perutku hbs makan td,aduh,ini sept-nya ga bisa lg bw mtr”,sari kebingungan melihat sikapku yg menahan sakit,pghal hy pura2 saja,hehhehehe…”kita cari tmp istirahat bntr ya say,abang ga tahan lg sakit bngt perutnya”,sari berkata ” ya udalah bang,kita cari tmp istirahat dulu,ntar ga sakit g baru jalan. Aku bersorak girang dalam hati siasatku berhasil ternyata. Ku pacu mtr-ku ke arah motel yg ga jauh lg lokasinya dan segera mengambil kamar. Kita istirahat bngt ya say,gpp,jgn kuatir,ntar ga sakit lg kita segera jalan ya say..”sari hanya menganguk pelan uatir dgn sakit ku.

Di dlm kamar aku segera merebahkan badan di tmp tdr sambil berpura2 merintih memegang perutku,dan sari semakin kuatir aja rasanya meliahat keadaanku. Kupanggil sari mendekat dan kuminta dia mengelus elus perutku supaya aga reda sakitnya,dan sari menurutinya…ena bngt pijitan sari,shingga mataku merem melek jadinya,hahhaa…

Tiba2 aku bangkit dan merangkul sari. Sari terkejut sekali dan langsung ku dekap tubuhnya sambil ku cium bibirnya…Sari gelagapan sambil membaas jg dan perlahan kembali kurangsang dan kucumbu abiz2an.

Kubuka kancing baju sari bagian atas dan kubelai dadanya segera. Ku cium perlahan putingnya dan skali x kusedot. sshhh….sari mendesah nikmat.

tanpa sadar kubuka seluruh pakaianya dan CD-nya sambil trs ku jilat lembut dadanya. Ku buka lebar kakinya mengangkang dan pelan2 ku elus lembut. Mq-nya uda basah bngt,licin lagi. aku berkata kepadanya abg suka bau Mq-nya sari...
perlahan tapi pasti aku pun mengeluarkan Penis ku yang lumayan besar, den menyodor ke arah mulut nya..
dia malu-malu tapi mau menghisap penisku, dengan nikamt yang tak terhingga aku pun mengatakan kepadanya kamu sangat luar biasa sari..aahhh....
sudah puas dengan kuluman bibir nya aku pun mengelus Mq nya yang begitu putih mulus dengan bulu yang jarang-jarang..dan perlahan aku masukan penis ku ke Mq nya..
dia berkata sakitttttt banggggggg...dengan penuh kasihan aku pun menggoyang pelan-pelan dulu.. sudah masuk separuh penisku baru dia tidak merasa sakit lagi.. dan dengan gairah yang sangat besar aku menggoyang pinggang ku ke memek nya yang begitu tebal dan mulus..
ahhh..ahh...ohh desah si sari pas aku menggoyang begitu cepat nya..pinggang ku..
10 menit telah berlau aku pun mengeluarkan sperma yang begitu kental keatas pepek sari tepat nya dibulu atas pepek nya..

Pengalamanku : Perawat Nakal

Saya adalah seorang Penjual alat-alat medis untuk keperluan rumah sakit. Saya memliki kisah yang terjadi tahun 2002 lalu. Kisah ini bermula saat saya mengangkat seorang pegawai baru yang bernama Angelina, dia adalah orang yang supel, ceria dan memliki kesabaran mendengarkan orang lain terutama bagi konsumen. Perawakannya Tinggi, putih dan matanya “nakal”, “Biarin” pikir saya, selama dia mampu menjualkan alat-alat medis perusahaan, dia tetap layak dipertahankan sebagai karyawan marketing yang digaji dengan baik.

Walaupun kadang melihat Angelina pengin banget ngerasain tubuhnya. tetapi saya tidak mau terlibat cinta dengan karyawati saya, apalagi Making Love, walaupun saya sendiri belum menikah, wibawa saya sebagai boss bisa luntur jadi bubur. Alkisah saya memesan alat USG dua minggu yang lalu, dan kini tibalah barang pesanan senilai 450 juta tersebut dihadapan saya. USG (Ultra Sonografi) 3 dimensi berwarna. Angelina tentu saja ikut terlibat dalam transaksi ini.

Siang itu setelah Angelina menjemput barang pesanan tersebut dari jasa courier, sekarang dua wujud menakjubkan itu ada di depan saya. Yang satu Angelina yang lain CKD-USG yang sangat istimewa itu.

Kenapa istimewa, karena kalau untuk USG bayi dalam kandungan, wajah bayi pun bisa nampak seperti foto, juga untuk USG alat-alat dalam yang lain, baik itu ginjal, jantung, pembuluh darah yang besar, maupun ovarium (=telur) dari seorang wanita.

Sempat saya telpon kepada Rumah Sakit pemesan bahwa barang pesanan mereka sudah datang, karena Direktur Medis sudah pulang. Saya telpon ke rumah beliau, dan beliau perintahkan untuk melakukan pengiriman barang jam 8 pagi besok di Rumah Sakit tempat beliau bekerja. Sambil dia pesan, agar barang yang diterima harus sudah siap dipakai dan dioperasikan.

“Mati !’ pikir saya, karena itu artinya hari ini juga saya harus merakitnya, karena alat medis elektronik yang mahal seperti ini, semua komponen dalam bentuk lepas (CKD = Completely Knock Down).

Akhirnya setelah menerima “perintah” dari pembeli, saya panggil bagian service yang Insinyur Elektro untuk mulai merangkai USG ini. Mulai sore tersebut, akhirnya dengan berdebar-debar, selesailah semua jam 12 malam. Angelina tentu saja tidak boleh pulang hingga malam tersebut, karena sebagai bagian Marketing diapun akan mendapat share keuntungan 5 % dari nilai transaksi ini. Selain melayani kami dengan membuatkan kopi.

Pak Sabastian, 10 tahun lebih tua dari saya yang merakit alat ini sudah nampak kelelahan dan ikut tegang ketika saya mulai menancapkan kabel listrik. “ON”…hiduplah alat mahal ini, kami bertiga termangu-mangu didepan alat ini, selain ini untuk pertama kalinya juga perusahaan kami mendapat pesanan alat ini, juga pertama kali Pak Sebastian merakit. Tinggal kami bertiga di ruang elektrik perusahaan, semua karyawan tentu sudah pulang dan terlelap dirumah masing-masing.

Kami bertiga takjub memandangi alat yang sudah hidup tersebut, nampaknya tidak ada trouble sedikitpun, “Ayo kita coba, kita hanya punya waktu 7 jam sebelum menyerahkan barang ini” suara saya memecah keheningan

“Saya, Pak !” Pak Sebastian langsung menyahut, selain dia sudah hapal alat-alat medis kedokteran, dia juga tahu kecanggihan alat ini dan pemeriksaan yang berharga 500.000 untuk setiap kali total USG seluruh tubuh.

Dengan bersemangat Pak Sebastian melepas bajunya dan tidur dimeja kerja bagian elektronik yang sebenarnya meja ping-pong..Mulailah saya jadi ahli USG dadakan, berbekal buku manual dan seingat-ingatnya pelajaran Anatomi, saya mulai memeriksanya dengan memberinya lubricant / pelincir agar prop USG yang besar ini bisa digeser dengan mudah di badan pak Sebastian. Dari Jantung, Lambung, Kantong Empedu, Pembuluh Darah dan Ginjal.Luar Biasa !, dari layar nampak persis seperti mata saya ada didalam badan Pak Sebastian. Saya dan Angelina tertawa ketika nampak adanya batu kecil di Ginjal sebelah kiri Pak Sebastian, Pak Sebastian langsung meringis kawatir. “Tenang saja Pak, masih kecil sekali, pakai obatpun saya harapkan bisa hilang”. “Saya gantian, Pak” Angelina ikut-ikutan muncul suaranya setelah takjub melihat percobaan saya pada pak Sebastian.

Saya mendadak bengong, selain ruang yang penuh dengan alat elektronik dan hanya ada meja pingpong ini, hanya ada Saya, Angelina dan Pak Sebastian. Saya memandang Pak Sebastian, nampaknya dia mengerti kejengahan saya, “Iya, pak dicoba saja pada Angelina, sekalian untuk dicoba untuk melihat telur dan rahim”, “Tapi.”kata saya. “Sudahlah pak, dicoba daripada nanti kita diklaim nanti saya yang repot” dia menyahut “Cobalah Pak, tidak usah sungkan, biar saya pamit pulang dulu” Pak Sebastian matanya nampak serius, tapi nampak diujung bibirnya senyum kecil, pengertian sekaligus menantang saya untuk “memeriksa” Angelina. “Pamit Pak !, saya pulang dulu” , Langsung dia ngeloyor pergi, mungkin kelelahan, mungkin tidak ingin mengganggu “acara” saya dengan Angelina.

Setelah Pak Sebastian tidak lagi di ruang, tinggal saya bersama Angelina, “Jadi, Pak ?” suara Angelina kembali muncul, saya hanya bisa mengangguk-angguk ‘Ya, silahkan”.

Tanpa ragu sedikitpun Angelina melepas kancing bajunya dan membaringkan diri di meja pingpong, nampak BH Krem dan sebagian payudara yang menyembul, kulit yang putih dan sangat bersih. Aduh…”My Dick” mendadak bangkit ditengah malam !.

Mulailah saya memberikan pelincir di perutnya yang putih dan kencang, “Hi-hi-hi, dingin, pak”. ketika pelincir menetes diperutnya. Saya periksa lambung dan ginjalnya, normal semuanya. Saya tidak berani memeriksanya lebih lanjut. “Pak, sekalian yang lain, mumpung gratis”. Saya mulai menggerakkan prop USG ke bagian tubuh atasnya, karena BHnya masih ditempat tentu saja saya tidak bisa mengarahkan prop tepat ke Jantungnya “Angelina, eh.eh.”..”Oh, ini Pak” Sambil memegang BHnya ” Sebentar, Pak” dengan gaya akrobat seorang wanita, BH Angelina sudah terlepas. Nampak payudara yang sangat indah di depan saya , puting yang kencang dan bagus , payudaranya walaupun tidak besar akan tetapi kencang, nampak kenyal dan sangat proporsional kiri dan kanan. Saya mulai mengarahkan prop USG ke arah Jantungnya dengan menggesernya dari daerah perut. Nampaknya Angelina menikmati geseran prop USG tersebut, kedua putingnya nampak mengeras menjulang. Lebih gila lagi malahan sekarang dia menutup kedua matanya, sambil berdesis pelan. Saya arahkan prop USG tepat di jantungnya, dengan pembesaran 200 X, saya mulai “membaca” ruang-ruang jantungnya. Karena saya mencoba menelusuri bagian kiri dan kanan jantung, tentu saja saya harus berulang-ulang menggeser prop USG, sambil mengatakan padanya apa yang saya baca dari layar monitor.

Tak pernah sekejappun Angelina membuka kedua matanya, sambil terus berdesis-desis pelan. “My Dick” sudah tidak tahan lagi, lihat keadaan seperti ini. Saat tangan kanan saya memegang dan menggeser prop USG, entah dari mana mendadak refleks tangan kiri meremas payudara kanan Angelina. Saya remas-remas dan memain-mainkan pelan payudaranya. Desis Angelina makin jelas kentara, “Terus.Pak”…”Terus Pak” Angelina berbisik…”Mana tahan” pikir saya. Sudah tidak ingat lagi antara boss dan karyawatinya. Saya letakkan prop USG tersebut, sekarang yang memeriksa jantungnya adalah tangan kanan saya di payudara kirinya. Saya isap-isap dan gigit-gigit pelan payudaranya. “Enak Pak.terus.terus” sambil tetap terus menutup mata..

Saya jilat-jilat dan ciumi perutnya, tangan kanan saya sekarang sudah berpindah ke arah selangkangannya yang masih terbalut rapi dengan rok. Saya elus-elus dengan halus selangkangannya, terasa lembab. “Eh.eh..eh.enak pak”…

Saya masukkan tangan saya kedalam roknya, teraba CD-nya, basah nian, kakinyapun tidak lagi sejajar seperti tadi, sekarang kakinya mementang lebar-lebar memberi kesempatan tangan saya untuk mengeksplorasi selangkangannya lebih lanjut. Saya tarik tepi CDnya, teraba vulvanya yang sudah basah, saya gosok pelan-pelan bibir dalam vaginanya. Lendir vaginanya mempermudah saya untuk menggosok-gosok jari tengah saya ke vaginanya, juga kelentitnya. “Ekh..ekh..ekh”..makin keras suara Angelina.

“Sebentar yaa”..mendadak saya bangkit, saya segera matikan USG dan lampu ruang elektronik yang terang benderang itu dengan segera. Saya lepas segera semua baju yang saya kenakan juga CD saya. Saya sudah tidak sabar lagi. Angelinapun juga tidak mau kalah, tanpa diperintahkan, langsung dia lepas semua baju, rok, dan CDnya. Dari remang-remang penerangan dari ruang sebelah sekarang nampaklah Angelina yang telanjang bulat dan menakjubkan. Bukit kewanitaannya dipayungi oleh rambut yang lebat, “Pantas, alisnyapun lebat” pikir saya. Kini saya langsung mengarahkan mulut saya ke vaginanya, karena lebatnya “hutan” kewanitaannya, saya terpaksa menggunakan kedua tangan saya untuk menyibak “hutan”nya. Gantian sekarang malah Angelina yang mengelus-ngelus dan memilin-milin payudaranya sendiri.

Memeknya berbau khas yang agak keras dan berasa asin, seperti keju belanda. Maklumlah, kami berdua tidak sempat mandi sejak pagi hari tadi. Tapi sudahlah mulut saya sudah dalam posisi itu. Saya jilat-jilat kelentitnya dan naik turun di bibir dalam vaginanya naik – turun. “Pak, masukin.pak” Angelina memohon. Tanpa perintah kedua, saya berdiri. Saya tarik tubuh Angelina ketepi meja pingpong, segera saya masukkan “tongkat naga” saya ke vaginanya. “Bless…” tanpa kesulitan saya masukkan “My Dick” saya, karena lendir di vagina Angelina sudah membanjir, selain posisi saya yang berdiri mempermudah hal itu. Saya pegang pinggulnya, saya tarik dan dorong tubuh Angelina, sesuai dengan arah laju pinggul saya yang maju mundur. “Ekh..ekh..ekh”.terus menerus suara Angelina terdengar keenakan. Setelah 10 menit mendadak tangan Angelina memegang sangat keras kedua tangan saya yang sedang memegang pinggulnya ‘Maaasssss..” Angelina menjerit tertahan…pada saat yang bersamaan, vagina Angelina berdenyut-denyut keras “My Dick” saya yang didalamnya seperti diremas-remas dengan lembut oleh vaginanya. Angelina orgasme hebat, pantatnya tidak lagi terletak dimeja pingpong tapi terangkat keras keatas. Rupanya dia sedang menikmati semaksimalnya orgasme dan keheningan sesaat yang timbul pada dirinya.

Setelah dia agak tenang, saya baru kembali memompanya, terasa agak kering sekarang vaginanya, habis lendirnya. “Sakit, mas..sakit, mas” dia mengeluh. “Tanggung” pikir saya. Segera saya ambil pelincir USG yang tergeletak dekat kami, saya olesi kepala “My Dick” saya dan juga vagina Angelina, segera saya masukkan kembali “My Dick” saya kedalam vaginanya, sekarang kembali licin seperti semula. “Terus. mas, enak”…saya tetap dalam posisi semula, sekarang dengan bekal sedikit pelincir diibu jari saya, saya bantu Angelina dengan menggosok-gosok kelentitnya. Kali ini, sungguh sulit saya orgasme, konsentrasi saya buyar total, setelah Angelina memanggil saya dengan sebutan “Mas”, aduh saya ini boss-nya. Tapi “what the hell, what will be, will be”. Kembali saya berusaha konsentrasi untuk mengeluarkan semua isi “My Dick” saya. Rupa-rupanya “perkosaan” saya dengan ibu jari kanan saya memakai pelincir di kelentitnya mengundang kembali orgasme Angelina. Sedangkan otak saya masih berperang antara “Mas dan Pak”.

“Tahan mas.tahan.saya mau keluar lagi”..dalam hitungan menit muncullah “Maaasss.masss..masss.” dan remasan lembut vagina Angelina yang berdenyut-denyut di “My Dick” saya. Angelina orgasme untuk kedua kalinya, tetapi tidak sehebat yang pertama, tangannya meremas keras tangan kiri saya, sedangkan tangan kanan saya masih aktif di kelentitnya. “Rugi, kalau saya tidak orgasme” pikir saya. Segera gantian saya menutup mata, konsentrasi penuh membayangkan vaginanya Sharon Stone. Saya percepat pompaan saya di selangkangannya.

“Akkkkhhhhhhhhhhh..” saya mendengus panjang, saya keluarkan semua isi “My Dick” saya kevaginanya, dan saya tanamkan sedalam-dalamnya “tongkat naga” saya..saya orgasme.

Saya tergeletak disamping Angelina, dua manusia telanjang bulat dengan vagina dan “My Dick” yang berleleran sperma.

Angelina memeluk saya , dijilat-jilat pelan telinga saya “Maaf ya mas, sejak tadi malam memang saya lagi “kepengin”” Angelina berbisik. “Puas mas ?, saya puas sekali”. Saya mengangguk.

“Ayo kita pulang” saya mengingatkan, jam sudah menunjukkan jam 2 malam. Segera kami berdiri dan merapikan baju, Angelina kekamar mandi membersihkan sisa-sisa sperma yang berleleran di vaginanya.

Saya sekarang sendirian di ruang elektronik, lampu sudah saya hidupkan kembali, sambil merokok dan menunggu Angelina kembali ke ruang ini, saya termangu-mangu. “Aduh, sekarang dia panggil saya Mas, padahal saya bossnya, belum lagi kalau dia hamil”.  - See more at: http://tipsdankabar.blogspot.com/2013/09/cerita-dewasa-suster-perawat-yang-nakal.html#sthash.KJS8FkNI.dpuf
 
Copyright © 2013 Enjoy All of This
Share on Blogger Template Free Download. Powered byBlogger