BREAKING NEWS

Wild Wild West

Latino Girl

Russian Girl

Saturday 31 May 2014

Kontrakan Nikmat dan Basah

Hai para netter, cerita ini berdasar kisah
nyata seorang teman kami. Saya punya
teman sebut saja dia Edy asal kota P,
Sumatera Selatan. Kami kuliah di kota J.
Pengalaman ini terjadi saat kami
mengawali kuliah dan bersama dalam satu kontrakan. Suka duka kami lalui
bersama sampai dalam hal pacaran pun
kami saling membantu dalam berbagai
hal. Hingga suatu waktu Edi
mendapatkan seorang pujaan hati sebut
saja Dewi, sering Dewi diantar jemput kalau kuliah karena mereka satu kampus
dan kebetulan kontrakan Edi berdekatan
dengan kost tempat tinggal Dewi. Mereka
berdua bagaikan Romeo dan Juliet.
Dimana ada Edi di situ ada Dewi.
Hubungan mereka pun semakin akrab dan intim. Suatu ketika, malam Minggu tepatnya
Dewi minta diantar ke tempat temannya
yang sedang merayakan ulang tahun.
Acara sangat meriah sekali, hingga jam
24:00 acara masih berlangsung. Tetapi
Dewi mengajak pulang, karena waktu yang sudah kelewat malam. Sebenarnya
Edi pun menolak karena begitu
meriahnya pesta ulang tahun tersebut.
Dan akhirnya Edi pun menyanggupi
untuk segera mengantar pulang Dewi,
malam semakin larut dan udara dingin pun menyelimuti dan menghembus
sepoi-sepoi dalam deru sepeda motor Edi,
mereka sempat berhenti sejenak di
pompa bensin untuk mengisi bensin.
Sesampai di kost tempat Dewi ternyata
pintu gerbang sudah dikunci, padahal Dewi sudah pesan kepada pembantu agar
pintu jangan dikunci, soalnya Dewi
pulangnya ke kost terlambat. Dan
akhirnya Edi pun kasih solusi.
“Dewi.. gimana kalau tidur saja di
kontrakanku,” kata Edi. Dewi terdiam sejenak.
“Gimana ya.. aku kan enggak enak sama
temen kamu Ed,” jawab Dewi.
“Itu bisa diatur, nanti yang penting kamu
mau tidak, dari pada tidur di jalan,” kata
Edi sambil senyum. “Ayolah keburu dilihat orang kan nggak
enak di jalanan seperti ini Nan,” kata Edi. Dewi pun menyetujinya, mereka pun
bergegas menuju kontrakan Edi.
Sesampainya di rumah kontrakan
tampak sunyi dan hanya hembusan angin
malam karena teman-teman Edi pada
malam mingguan dan tidak ada yang pulang di rumah kontrakan.
“Ayo masuk, kok diam saja,” kata Edi
menyapa Dewi.
Dewi pun terhentak sedikit terkejut.
“Teman-temanmu dimana Ed?” tanya
Dewi. “Mereka kalau malam Minggu jarang
tidur di rumah,” jawab Edi.
“Ooo gitu,” sergah Dewi. Akhirnya Dewi dipersilakan istirahat di
kamar Edi.
“Nan, selamat bobok ya..” kata Edi.
Dewi pun tampak kelelahan dan tertidur
pulas. Setengah jam kemudian Edi
kembali ke kamarnya untuk melihat Dewi dan sengaja kunci pintu kamar tidak
diberikan kepada Dewi, tapi betapa
kagetnya Edy melihat Dewi tidur hanya
menggunakan BH dan celana dalam,
karena saat itu posisi tubuh Dewi miring
hingga selimut yang menutupi tubuhnya bagian punggung tersingkap. Entah setan mana yang menyusup di
benak Edy. Edy pun langsung mendekat
ke arah Dewi, dengan tenangnya Edy
langsung mencium bibir Dewi. Dewi pun
terbangun.
“Apa-apaan kamu Ed?” sergah Dewi sambil menutupi tubuhnya dengan
selimut.
Tanpa pikir panjang Edy langsung
menarik selimut dan Edi pun langsung
menindih Dewi yang hanya mengenakan
pakaian dalam saja. Dewi meronta-ronta dan Edy pun tidak menggubris, ia
berusaha melepas BH dan CD-nya. Tenaga
Edi lebih kuat hingga akhirnya BH dan CD
Dewi terlepas dengan paksa oleh Edi.
Nampak jelas buah dada Dewi dan bulu
lembut kemaluannya. Dewi kelelahan tanpa daya dan hanya menangis
memohon kepada Edy. Edi tetap
melakukan aksinya dengan meraba dan
mencium semua tubuh Dewi tanpa
sedikitpun terlewatkan. Dewi terus
memohon, Edi pun tak menggubrisnya. Dan setelah puas menciumi vagina Dewi,
Edi melakukan aksi lebih brutal. Ia
mengangkat kedua kaki Dewi di atas
perut dan dengan cepat Edy mencoba
memasukkan penisnya ke dalam vagina
Dewi. Dewi menjerit tertahan dan hanya isak
tangis yang terdengar, “Kumohon Ed,
hentikan!” seru Dewi dalam isak
tangisnya.
Dan “Bleess, bleess,” penis Edi masuk
dalam vagina Dewi walaupun di awal masuknya cukup sulit.
Edy pun mulai menggoyang pinggulnya
hingga penisnya terkocok di dalam
vagina Dewi. Darah segar pun keluar dari
liang jinak Dewi, ia pun terus memohon.
“Akh.. akh.. hentikan Ed..!” desah Dewi. Tampak sekali wajah Dewi menunjukkan
kelelahan, dan sekarang hanya terdengar
erangan kenikmatan di antara kedua
insan ini.
“Ah.. ah.. ah..” Edi pun terus mengocok
penisnya dalam vagina Dewi dan beberapa saat kemudian terasa Edi akan
mengeluarkan sperma, ia pun langsung
mencabut dan mengocoknya dari luar
dan.. “Croot.. Croot.. Serr..” sperma Edi
muncrat tepat di bibir Dewi dan sekitar
wajah. Mereka kelelahan dan akhirnya tertidur. Hari menjelang pagi saat itu jam
menunjukkan pukul 07:30 pagi, Dewi
terbangun bersamaan dengan itu Edi juga
terbangun. Edi melihat Dewi yang sedang
mengenakan BH dan CD.
“Antar aku pulang sekarang Ed..” kata Dewi.
“Iya.. aku cuci muku dulu,” jawab Edi.
Edi pun mengantar Dewi pulang ke
kostnya. Selang beberapa bulan hubungan mereka
mulai retak, ada selentingan kabar kalau
Edi mendekati cewek lain sebut saja Sinta,
dan akhirnya Edi dan Dewi resmi
bubaran. Tapi reaksi Edi tidak sampai di
situ, justru setelah putus dengan Dewi ia gencar mendekati Sinta. Dengan berbagai
cara dan upaya akhirnya Edi berhasil
mendapatkan Sinta dan mereka resmi
jadian. Sama seperti yang dilakukannya
dulu, ia sering antar jemput kuliah Sinta
dan kalaupun jemput Sinta biasanya tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan
kemana saja sambil cari makan tentunya.
Sering pula Sinta diajak ke tempat
kontrakan Edi lebih sering dibandingkan
Dewi pacar yang dulu. Pagi itu kuliah jam ke-2 mereka satu
ruangan tapi dosen tidak hadir jadi
kosong, mereka berdua bergegas ke
tempat Edi, sampai di kontrakan rumah
sepi soalnya teman-teman ada yang ke
kampus dan ada juga yang masih tidur. Mereka berdua langsung masuk kamar
Edi, Sinta tiduran di ranjang sambil
mendengarkan musik. Edi masuk
membawakan kopi susu dan tanpa basa
basi Edi membelai rambut Sinta dan Sinta
pun bersandar dalam dekapan Edi. Edi langsung mencium bibir Sinta dan
tangannya mulai masuk dalam baju street
Sinta dan meremas-remas payudara.
“Ed.. jangan dong..” desah Sinta.
“Enggak apa-apa, kan cuma dikit,” kata
Edi, tapi Edi terus menyerang, ia melepas seluruh pakaian Sinta dan Sinta pun
hanya diam tanpa perlawanan, dan jelas
sudah seluruh tubuh Sinta yang kuning
langsat dan payudara lumayan besar.
Mereka mulai bergelut mencium dan
meremas satu sama lain. “Sin, kulum dong kontolku!” kata Edi.
Dibimbingnya kepala Sinta menuju
kemaluan Edi dan, “Em.. kemaluanmu
besar juga Ed,” kata Sinta.
Edi hanya diam menikmati hisapan mulut
Sinta. Edi pun langsung saja menjilati dan menghisap vagina Sinta hingga mereka
melakukan posisi 69.
“Ugh.. Ugh..” desah Sinta.
Kemudian Edi duduk dengan kaki
dijulurkan, ia minta Sinta duduk di
atasnya layaknya seorang anak kecil. Tepat penis Edi masuk dalam vagina
Sinta.
“Pelan-pelan Ed..” kata Sinta mendesah.
Sinta mulai menaik-turunkan pinggulnya
dan “Bleess, bleess..” kemaluan Edi masuk
seluruhnya dalam vagina Sinta. “Ah.. ah.. ah..” desah Sinta sambil
menggoyangkan pinggulnya. Edi pun merespon gerakan tersebut. Dan
mereka melakukan gerakan yang
seirama, “Ah.. ah.. ah..” desah Sinta
semakin keras.
“Aku nggak kuat Ed..” Edi hanya diam
menikmati gerakan-gerakan yang dimainkan Sinta.
Dan akhirnya, “Ugh.. ugh.. ugh.. ahh..”
desah Sinta yang tubuhnya mengelenjang
sambil memeluk tubuh Edi.
Ternyata Sinta mencapai puncak
kenikmatan. Dan Edi membalikkan tubuh Sinta tepat di bawah badannya, Edi mulai
mengocok penisnya yang belum lepas
dari vagina Sinta, dan “Ahk..” desah Edi
dan beberapa saat kemudian Edi
mencabut penisnya dan meletakkan di
bibir Sinta dan “Croot.. Croot.. Serr..” sperma Edi muncrat tepat di seluruh
wajah Sinta. Mereka pun akhirnya
berpelukan setelah mencapai kepuasan. Semenjak kejadian itu mereka sering
melakukannya di kontrakan Edi. Entah
siang atau malam karena Sinta sering
menginap dan tidur satu ranjang bersama
Edi. Hubungan mereka semakin intim dan
hanya bertahan selama 8 bulan. Hal itu disebabkan Dewi mantan pacar yang dulu
mengajak membina hubungan kembali.
Edi akhirnya pisah dengan Sinta dan
kembali lagi dengan Dewi. Suatu sore Dewi datang ke kontrakan Edi,
Dewi langsung masuk menunggu di
kamar Edi karena diminta teman-teman
Edi.
“Edi baru mandi” kata salah seorang
temannya. “Ooo,” jawab Sinta, dan beberapa saat
kemudian Edi masuk dan hanya
mengenakan handuk dilingkarkan di
pinggulnya.
“Sama siapa Wii..” kata Edi.
“Sendiri,” jawab Dewi sambil mendekat ke arah Edi.
Edi tanggap dengan situasi itu, ia
langsung mencium bibir Dewi dan
melepas baju street warna biru muda
yang dipakai Dewi. Edi langsung
mencopot BH dan menghisap puting susu Dewi.
“Ah.. ah..” desah Dewi.
Tangan Dewi langsung meremas penis Edi
yang saat itu handuknya telah jatuh ke
lantai. Edi mulai melapas celana panjang
Dewi serta CD-nya. Mereka bergumul di atas ranjang.
“Ah.. ah..” desah Dewi yang semakin
merasakan kenikmatan.
Edi mengangkat kaki kiri Dewi kemudian
dengan sergapnya Edi mulai
memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi sambil kaki kiri Dewi tetap
terangkat.
“Bleess, bleess..” kemaluan Edi masuk
seluruhnya dalam vagina, Edi suka
dengan posisi seperti itu karena vagina
terasa sempit. Edi mulai menggerakkan kemaluannya
keluar-masuk.
“Ah.. ah.. ah..” erangan kenikmatan
keluar dari bibir Dewi, Edi pun merasakan
kenikmatan pula.
“Ugh.. ugh..” desah Edi pelan. Beberapa saat kemudian Edi melepas penisnya,
Dewi mulai menghisap dan menjilati
penis Edi sambil dikocok dengan jari-
jemari lembut Dewi.
“Kulum dong Wi..” desah Edi. Dewi turuti
saja apa kemauan Edi. Kemudian Edi kembali memasukkan
penisnya dalam vagina Dewi, “Bless..”
langsung masuk dan Dewi sempat
menjerit tertahan karena menahan sakit.
Kemudian Edi mulai menggerakkan
penisnya, “Bleess.. bleess..” kemaluan Edi keluar-masuk.
“Ah.. ah.. ugh..” tubuh Dewi mulai
bergetar dan mengelejang.
“Aku keluar Ed..” desah Dewi tapi Edi
masih mengocok penisnya dalam vagina
Dewi dan Dewi hanya menahan. Kedua tangannya mencengkeram kuat
bibir tempat tidur sambil menahan
gerakan yang Edi lakukan. Edi mulai
bergetar, “Ugh..” desahnya.
“Di luar apa di dalam Wi..” kata Edi pelan.
Dewi hanya diam dan “Croot.. croot.. serr..” sperma Edi keluar di dalam vagina
Dewi.
Edi pun rebah sambil memeluk tubuh
Dewi yang hangat dan lunglai. Mereka tersenyum puas.
“Kamu pinter dech sekarang Wi..” kata
Edi.
“Pinter apa’an,” jawabnya.
“Pinter mainnya, belum lagi bulu vagina
kamu tambah lebat.” Dewi hanya tersenyum saja sambil
tangannya membelai batang kemaluan
Edi. Hari sudah menjelang pukul tujuh
malam dan akhirnya mereka berpakaian
dan keluar untuk makan malam.

Post a Comment

 
Copyright © 2013 Enjoy All of This
Share on Blogger Template Free Download. Powered byBlogger